Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni.
Kali ini saya akan menjelaskan tentang salah satu budaya jepang, Ikébana.
Ikébana (生花) adalah seni merangkai bunga yang
memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan
untuk dinikmati keindahannya. Ikébana berasal dari jepang tapi telah
meluas ke seluruh dunia. Dalam bahasa, jepang Ikébana juga dikenal dengan
istilah kadō (華道, ka, bunga; do, jalan
kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai
kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Di dalam Ikébana terdapat
berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam
merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat
rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan
orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai
benda dua dimensi saja.
Pada umumnya, bunga yang
dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower arrangement)
terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan
tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.
Berbeda dengan seni
merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif, Ikebana berusaha
menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna.
Ikébana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya
menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikébana didasarkan tiga titik yang
mewakili langit, bumi, dan manusia.
Asal-usul
Ikébana (いけばな) adalah tradisi
mempersembahkan bunga di kuil Budha di Jepang. Ikébana berkembang
bersamaan dengan perkembangan agama Buddha di Jepang pada abad ke-6.
Ada penelitian yang
mengatakan Ikébana berasal dari tradisi animisme orang zaman kuno yang menyusun kembali tanaman yang sudah dipetik dari alam sesuai
dengan keinginannya. Di zaman kuno, manusia merasakan keanehan yang terdapat
pada tanaman dan mengganggapnya
sebagai suatu misteri. Berbeda dengan binatang yang langsung mati setelah
diburu, bunga atau bagian tanaman yang sudah dipetik dari alam bila
diperlakukan dengan benar tetap mempertahankan kesegaran sama seperti sewaktu
masih berada di alam. Manusia yang senang melihat "keanehan" yang
terjadi kemudian memasukkan bunga atau bagian tanaman yang sudah dipotong ke
dalam vas bunga. Manusia zaman
kuno lalu merasa puas karena menganggap dirinya sudah berhasil mengendalikan
peristiwa alam yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Ketakjuban manusia
terhadap tumbuhan yang dianggap mempunyai kekuatan aneh juga berkaitan dengan
pemujaan tanaman yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen).
Manusia zaman dulu yang tinggal di negeri empat musim percaya bahwa kekuatan
misterius para dewa menyebabkan tanaman selalu berdaun hijau sepanjang tahun
dan tidak merontokkan daunnya di musim
dingin.
Menurut literatur klasik seperti Makura no sōshi yang bercerita tentang adat istiadat
Jepang, tradisi mengagumi bunga dengan cara memotong tangkai dari sekuntum
bunga sudah dimulai sejak zaman
Heian. Pada mulanya, bunga diletakkan di dalam wadah yang sudah ada sebelumnya
dan kemudian baru dibuatkan wadah khusus untuk vas bunga.
Ikébana dalam bentuk
seperti sekarang ini baru dimulai para biksu di kuil
Chōhōji Kyoto pada pertengahan zaman Muromachi. Para biksu kuil Chōhōji secara turun temurun
tinggal di kamar (bō) di pinggir kolam (ike), sehingga aliran
baru Ikebana yang dimulainya disebut aliran Ikenobō.
Di pertengahan zaman Edo, berbagai kepala aliran (Iemoto)
dan guru besar kepala (Sōke) menciptakan seni merangkai bunga gaya Tachibana atau Rikka yang menjadi mapan pada masa itu.
Di pertengahan zaman Edo
hingga akhir zaman Edo, Ikébana yang dulunya hanya bisa dinikmati kalangan
bangsawan atau kaum samurai secara berangsur-angsur mulai
disenangi rakyat kecil. Pada zaman itu, Ikébana gaya Shōka (seika)
menjadi populer di kalangan rakyat.
Aliran Mishōryū, aliran
Koryū, aliran Enshūryū dan aliran Senkeiryū melahirkan banyak guru besar dan
ahli Ikébana yang memiliki teknik tingkat tinggi yang kemudian memisahkan diri
membentuk banyak aliran yang lain.
Ikébana mulai
diperkenalkan ke Eropa pada akhir zaman Edo hingga masa awal
era Meiji ketika minat orang Eropa terhadap
kebudayaan Jepang sedang mencapai puncaknya. Ikébana dianggap memengaruhi seni
merangkai bunga Eropa yang mencontoh Ikébana dalam line arrangement.
Sejak zaman Edo lahir
banyak sekali aliran yang merupakan pecahan dari aliran Ikenobō. Pada bulan
Maret 2005 tercatat 392 aliran Ikébana yang masuk
ke dalam daftar Asosiasi Seni Ikébana Jepang.
Demikian informasi mengenai
Ikébana. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment